Tuesday, October 17, 2017

APA YANG DIMAKSUD DENGAN RELIGI??



Makna religi
Sistem religi dalam kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lainnya, seperti ( 1 ) sistem keyakinan, ( 2 ) sistem upacara keagamaan, ( 3 ) umat yang menganut religi itu (koentjaraningrat,1980:392).
Dalam upacara Ngaro sistem keyakinan umat untuk beryajna berarti pengabdian, persembahan dalam melaksanakannya. Bentuk persembahan dalam melaksanakan yajna dilakukan dengan mengharapkan balasan atau pamrih, semata-mata untuk menyombongkan diri atas kemewahan persembahan itu, tetapi beryajna dengan ketulusan hati adalah sebuah kewajiban yang didasari oleh Tri Rnam (tiga hutang).
Pelaksanaan upacara Ngaro  adalah aplikasi dari Dewa Rnam yaitu persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kesejahtraan dan kedamaian yang dilimpahkan kepada warga arya Madura yang berada di Bali pada umumnya dan warga Arya Madura yang berada di Banjar Madura pada khususnya.
Dijelaskan pula dalam Tatwa Jnana (Tim,1998:4) bahwa tuhanlah yang menciptakan dunia beserta isinya dalam perwujudan sadasiwa tattwa, beliau  (Tuhan) duduk di Padmasana yang disebut sebagai Cadu Sakti yang terdiri dari : Jnana Sakti ada tiga yaitu, Duradarsana, Surasrawana dan Duratmaka. Wibhu Sakti adalah tuhan memiliki sifat maha sempurna, Prabhu Sakti berarti tiada yang bisa menandingi-Nya, Krya Sakti berarti beliau mengadakan seluruh alam semesta ini.
Dalam Bhagavadgita, Krisna mengajarkan kepada Arjuna doktrin yang menyatakan bahwa manusia sudah sewajarnya dipersembahkan kepada Tuhan, sehingga terwujudnya dalam bentuk “Amerta”, jika sebaliknya apa yang dihasilkan adalah ciptaan Tuhan tidak dipersembahkan terlebih dahulu adalah dengan menikmati hasil dari mencuri/dosa, seperti yang tertuang dalam Bhagavadgita III, 13 sebagai berikut.
“Yajna bi tassistasinah santo
Mucyante sarwa kilbisaih
Bunjate te twagham papa
Ye pacantya atma karanat”
Artinya :
“ Yang baik makan setelah upacara bhakti
Akan terlepas dari segala dosa
Tetap menyediakan makanan lezat hanya bagi diri sendiri
Mereka ini sesungguhnya makan dosa”

Dengan demikian maka yang tersirat dalam sloka  di atas adalah orang baik dan berbudi luhur mendahulukan persembahan atau bhakti dari pada kebutuhannya sendiri, berdosalah bagi orang yang menyediakan makanan lezathanya untuk kepentingan diri sendiri tanpa dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa terlebih dahulu.
Melalui upacara Ngaro masyarakat/warga Arya Madura telah melaksanakan pemujaan atau menghubungkan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Impersonal God) maupun Personal God yang disebut Sang Hyang Surya Raditya, Sang Hyang Baruna dan berbagai manifestasi-Nya.

No comments:

Post a Comment