Makna
religi
Sistem religi dalam
kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri untuk sedapat mungkin memelihara emosi
keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan
itu diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan
unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lainnya, seperti ( 1
) sistem keyakinan, ( 2 ) sistem upacara keagamaan, ( 3 ) umat yang menganut
religi itu (koentjaraningrat,1980:392).
Dalam upacara Ngaro sistem keyakinan umat untuk beryajna berarti pengabdian, persembahan
dalam melaksanakannya. Bentuk persembahan dalam melaksanakan yajna dilakukan dengan mengharapkan
balasan atau pamrih, semata-mata untuk menyombongkan diri atas kemewahan
persembahan itu, tetapi beryajna
dengan ketulusan hati adalah sebuah kewajiban yang didasari oleh Tri Rnam (tiga hutang).
Pelaksanaan upacara Ngaro adalah aplikasi dari Dewa Rnam yaitu persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas kesejahtraan dan kedamaian yang dilimpahkan
kepada warga arya Madura yang berada di Bali pada umumnya dan warga Arya Madura
yang berada di Banjar Madura pada khususnya.
Dijelaskan pula dalam
Tatwa Jnana (Tim,1998:4) bahwa
tuhanlah yang menciptakan dunia beserta isinya dalam perwujudan sadasiwa tattwa, beliau (Tuhan) duduk di Padmasana yang disebut sebagai Cadu
Sakti yang terdiri dari : Jnana Sakti
ada tiga yaitu, Duradarsana, Surasrawana dan Duratmaka. Wibhu Sakti adalah tuhan memiliki sifat maha sempurna, Prabhu Sakti berarti tiada yang bisa
menandingi-Nya, Krya Sakti berarti
beliau mengadakan seluruh alam semesta ini.
Dalam Bhagavadgita, Krisna mengajarkan kepada
Arjuna doktrin yang menyatakan bahwa manusia sudah sewajarnya dipersembahkan
kepada Tuhan, sehingga terwujudnya dalam bentuk “Amerta”, jika sebaliknya apa yang dihasilkan adalah ciptaan Tuhan
tidak dipersembahkan terlebih dahulu adalah dengan menikmati hasil dari
mencuri/dosa, seperti yang tertuang dalam Bhagavadgita
III, 13 sebagai berikut.
“Yajna bi
tassistasinah santo
Mucyante sarwa
kilbisaih
Bunjate te twagham
papa
Ye pacantya atma
karanat”
Artinya
:
“ Yang baik makan setelah upacara
bhakti
Akan terlepas dari segala dosa
Tetap menyediakan makanan lezat
hanya bagi diri sendiri
Mereka ini sesungguhnya makan
dosa”
Dengan
demikian maka yang tersirat dalam sloka di atas adalah orang baik dan berbudi luhur
mendahulukan persembahan atau bhakti dari
pada kebutuhannya sendiri, berdosalah bagi orang yang menyediakan makanan
lezathanya untuk kepentingan diri sendiri tanpa dipersembahkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa terlebih
dahulu.
Melalui
upacara Ngaro masyarakat/warga Arya
Madura telah melaksanakan pemujaan atau menghubungkan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Impersonal God) maupun
Personal God yang disebut Sang Hyang Surya Raditya, Sang Hyang Baruna dan berbagai
manifestasi-Nya.
No comments:
Post a Comment