1.
Drama/Bermain
Peran
Drama yang
dimaksud di sini bukanlah
adegan-adegan yang banyak membutuhkan dialog-dialog
percakapan Panjang yang sering
kita lihat di televisi. Drama
yang ditujukan pada anak-anak usia dini lebih pada anak berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang , role-play, atau membuat
karakter. Anak dapat melakukannya secara spontan
tanpa harus dilatih.
Dalam bermain
peran, anak dapat mengekspresikan diri
sebebas-bebasnya. Hubungannya dengan aspek perkembangan
lain adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan sosial
emosi:
untuk bermain peran dengan anak
lain, anak harus belajar
bernegosiasi mengenai peran yang akan
mereka mainkan, situasinya, dan alat-alat
apa yang bias dipakai.
Contoh
: anak yang takut pergi ke rumah sakit bisa
berperan sebagai dokter. Penelitian menemukan
bahwa anak yang biasa
bermain peran mengembangkan
empatinya karena mereka terbiasa
berada pada situasi
orang lain untuk sekejap.
b. Perkembangan fisik: anak mengembangkan keterampilan
motoric halus saat mengancingkan baju bermain perannya dan melepaskan bajunya.
c. Perkembangan kognitif:
saat mereka berpura-pura, merekaa
membuat gambaran di benaknya
mengenai pengalaman masa
lalu dan mengubungkannya dengan
situasi yang ia imajinasikan.
d. Perkembangan Bahasa: untuk
membuat situasi bermain perannya
terlaksana, anak harus
menjelaskan kepada teman-temannya, bertukar pikiran, dan beragumentasi dengan
kata-kata yang bisa dipahami
oleh teman-temannya.
No comments:
Post a Comment