BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah
Pada masa sepeti sekarang
ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era
globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya.
Orang-orang berlomba untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin untuk mengejar
teknologi yang semakin canggih tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat tidak
dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari strata tingkat dasar sampai
jenjang yang lebih tinggi. Selain itu juga ada sebagian masyarakat yang sudah
dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhinya putus sekolah juga. Ada
banyak faktor yang menyebabkan masyarakat tidak dapat mengenyam pendidikan atau
putus sekolah seperti diantaranya keterbatasan dana pendidikan karena kesulitan
ekonomi, kurangnya niat seseorang individu untuk mengenyam pendidikan,
kurangnya fasilitas pendidikan di daerah terpencil atau daerah tertinggal dan
selain itu karena faktor geografis suatu daerah.
Pemenuhan
hak pendidikan diperoleh secara formal di sekolah, secara informal melalui
keluarga. Khususnya pendidikan formal tidak semua anak mendapatkan hanya karena
kondisi-kondisi yang memungkinkan orang tuanya tidak dapat memenuhinya. Kemiskinan
karena tingkat pendidikan orang tua rendah merupakan salah satu faktor yang
mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak dalam bidang pendidikan formal
sehingga anak mengalami putus sekolah.
Putus sekolah
bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir.
Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya
karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam
keluarga, dan lain-lain. Hal ini juga dialami oleh beberapa anak di suatu daerah.
Terdapat tiga penyebab putus sekolah di Indonesia. Pertama, faktor ekonomi. Tingginya angka kemiskinan membuat
orang tua sulit menyekolahkan anaknya. Faktor kedua, adalah kondisi geografis. Terutama di daerah Indonesia timur
dan kepulauan. Jarak anak untuk ke sekolah sangat jauh, sehingga kesulitan
mencapainya. Ketiga, faktor budaya, banyak
orang tua, terutama kalangan ekonomi rendah yang enggan kehilangan pendapatan
dari anaknya yang malah disuruh kerja meski masih anak-anak.
Pada kesempatan
ini penulis yang secara langsung berperan sebagai pengawas sekolah di
daerah-daerah terpencil akan mengemukakan sebuah tulisan mengenai angka putus
sekolah atau Droup Out di Bali yang
disebabkan oleh faktor geografis, khususnya di daerah kabupaten Bangli dimana
sebagian wilayahnya terdiri dari daerah pegunungan dan perbukitan yang
dikelilingi wilayah hutan. Penulis menyadari bahwa diperlukan tangan-tangan
ringan dalam membantu upaya pemerintah dalam mengurangi angka droup out yang
terjadi dalam dunia pendidikan, untuk itulah penulis ingin menyumbangkan sebuah
ide mengenai penanggulangan angka droup out, khusus yang disebabkan oleh faktor
geografis berupa daerah terpencil yang jauh dari keberadaan sekolah. Daerah
yang bisa dikatakan terpencil di Bangli adalah dusun Serongga, desa Songan.
Dusun Serongga terletak di bawah kaki Gunung Batur yang sebagian besar
wilayahnya adalah hamparan tanah terjal. Penduduk di daerah ini kebanyakan
bermukim berjauhan dengan penduduk lainnya. Salah satu sekolah yang terdapat di
daerah ini adalah SD.Negeri 5 Songan yang letaknya sangat jauh dari pemukiman
warga yang berasal dari dusun Serongga. Faktor
geografis inilah yang menjadi faktor penyebab terjainya angka putus sekolah
atau droup out di SD. Negeri 5 Songan.
Berdasarkan data
berupa hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah setempat ternyata banyak
anak usia sekolah di daerah tersebut yang mengalami putus sekolah karena letak
geografis sekolah yang jauh dari rumah tempat tinggalnya. Penulis selaku
pengawas di sekolah setempat merasa perlu mengemukakan solusi yang dilakukan oleh
pihak-pihak terkait untuk menanggulangi angka droup out tersebut. Penulis
berharap dengan mengemukakan fakta ini dalam bentuk karya tulis akan menjadi
acuan bagi sekolah-sekolah lain di seluruh Indonesia yang mengalami angka droup
out di sekolahnya karena faktor geografis daerahnya. Solusi yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar, guru, dan pemerintah untuk mengatasi angka droup out di SD.
Negeri 5 Songan ini adalah dengan melakukan sekolah kelas jauh. Peneliti merasa
tertarik dengan fakta yang penulis temukam di sekolah ini sehingga penulis
ingin mengemukakan sebuah karya tulis yang berjudul “Sekolah Kelas Jauh Di Dusun Serongga Desa Songan Sebagai Upaya Mengatasi
Angka Droup Out di Sd Negeri 5 Songan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.
Dari data yang
diperoleh secara lisan melalui wawancara, bahwasannya angka droup out di daerah
tersebut selama beberpa tahun terakhir sudah dapat diminimalsasi melalui kegiatan
sekolah kelas jauh yang dilakukan di balai banjar dusun setempat. Pada umumnya
SD Negeri 5 Songan tempatnya jauh dijangkau oleh siswa yang berasal dari dusun
Serongga, untuk itulah beberapa guru dihadirkan di balai banjar setempat untuk
melakukan proses belajar mengajar sesuai dengan jadwal yang sudah disepakatai
dan ditentukan dari sekolah. Jadwal tersebut tentunya juga disesuaikan per
kelas atau per jenjang murid. Siswa yang mengikuti sekolah kelas jauh ini akan
datang ke SD.Negeri 5 Songan pada saat kegiatan tertentu yaitu pada saat UTS,
UAS, serta kegiatan lainnya yang bersifat penting. Dengan
metode tersebutlah dapat diatasi angka droup out di SD. Negeri 5 Songan yang
siswanya kebanyakan berasal dari dusun Serongga.
No comments:
Post a Comment