Tuesday, October 23, 2018

contoh latar belakang karya tulis


BAB I
PENDAHULUAN

I.       Latar Belakang Masalah
Pada masa sepeti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan primer, dimana dalam memasuki era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan sangatlah penting peranannya. Orang-orang berlomba untuk dapat mengenyam pendidikan setinggi mungkin untuk mengejar teknologi yang semakin canggih tetapi disisi lain ada sebagian masyarakat tidak dapat mengenyam pendidikan secara layak, baik dari strata tingkat dasar sampai jenjang yang lebih tinggi. Selain itu juga ada sebagian masyarakat yang sudah dapat mengenyam pendidikan dasar namun pada akhinya putus sekolah juga. Ada banyak faktor yang menyebabkan masyarakat tidak dapat mengenyam pendidikan atau putus sekolah seperti diantaranya keterbatasan dana pendidikan karena kesulitan ekonomi, kurangnya niat seseorang individu untuk mengenyam pendidikan, kurangnya fasilitas pendidikan di daerah terpencil atau daerah tertinggal dan selain itu karena faktor geografis suatu daerah.

Pemenuhan hak pendidikan diperoleh secara formal di sekolah, secara informal melalui keluarga. Khususnya pendidikan formal tidak semua anak mendapatkan hanya karena kondisi-kondisi yang memungkinkan orang tuanya tidak dapat memenuhinya. Kemiskinan karena tingkat pendidikan orang tua rendah merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan keterlantaran pemenuhan hak anak dalam bidang pendidikan formal sehingga anak mengalami putus sekolah.
Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir. Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga, dan lain-lain. Hal ini juga dialami oleh beberapa anak di suatu daerah. Terdapat tiga penyebab putus sekolah di Indonesia. Pertama,  faktor ekonomi. Tingginya angka kemiskinan membuat orang tua sulit menyekolahkan anaknya. Faktor kedua, adalah kondisi geografis. Terutama di daerah Indonesia timur dan kepulauan. Jarak anak untuk ke sekolah sangat jauh, sehingga kesulitan mencapainya. Ketiga, faktor budaya, banyak orang tua, terutama kalangan ekonomi rendah yang enggan kehilangan pendapatan dari anaknya yang malah disuruh kerja meski masih anak-anak.
Pada kesempatan ini penulis yang secara langsung berperan sebagai pengawas sekolah di daerah-daerah terpencil akan mengemukakan sebuah tulisan mengenai angka putus sekolah atau Droup Out di Bali yang disebabkan oleh faktor geografis, khususnya di daerah kabupaten Bangli dimana sebagian wilayahnya terdiri dari daerah pegunungan dan perbukitan yang dikelilingi wilayah hutan. Penulis menyadari bahwa diperlukan tangan-tangan ringan dalam membantu upaya pemerintah dalam mengurangi angka droup out yang terjadi dalam dunia pendidikan, untuk itulah penulis ingin menyumbangkan sebuah ide mengenai penanggulangan angka droup out, khusus yang disebabkan oleh faktor geografis berupa daerah terpencil yang jauh dari keberadaan sekolah. Daerah yang bisa dikatakan terpencil di Bangli adalah dusun Serongga, desa Songan. Dusun Serongga terletak di bawah kaki Gunung Batur yang sebagian besar wilayahnya adalah hamparan tanah terjal. Penduduk di daerah ini kebanyakan bermukim berjauhan dengan penduduk lainnya. Salah satu sekolah yang terdapat di daerah ini adalah SD.Negeri 5 Songan yang letaknya sangat jauh dari pemukiman warga yang berasal dari dusun Serongga.  Faktor geografis inilah yang menjadi faktor penyebab terjainya angka putus sekolah atau droup out di SD. Negeri 5 Songan.
Berdasarkan data berupa hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah setempat ternyata banyak anak usia sekolah di daerah tersebut yang mengalami putus sekolah karena letak geografis sekolah yang jauh dari rumah tempat tinggalnya. Penulis selaku pengawas di sekolah setempat merasa perlu mengemukakan solusi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk menanggulangi angka droup out tersebut. Penulis berharap dengan mengemukakan fakta ini dalam bentuk karya tulis akan menjadi acuan bagi sekolah-sekolah lain di seluruh Indonesia yang mengalami angka droup out di sekolahnya karena faktor geografis daerahnya. Solusi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar, guru, dan pemerintah untuk mengatasi angka droup out di SD. Negeri 5 Songan ini adalah dengan melakukan sekolah kelas jauh. Peneliti merasa tertarik dengan fakta yang penulis temukam di sekolah ini sehingga penulis ingin mengemukakan sebuah karya tulis yang berjudul “Sekolah Kelas Jauh Di Dusun Serongga Desa Songan Sebagai Upaya Mengatasi Angka Droup Out di Sd Negeri 5 Songan Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.
Dari data yang diperoleh secara lisan melalui wawancara, bahwasannya angka droup out di daerah tersebut selama beberpa tahun terakhir sudah dapat diminimalsasi melalui kegiatan sekolah kelas jauh yang dilakukan di balai banjar dusun setempat. Pada umumnya SD Negeri 5 Songan tempatnya jauh dijangkau oleh siswa yang berasal dari dusun Serongga, untuk itulah beberapa guru dihadirkan di balai banjar setempat untuk melakukan proses belajar mengajar sesuai dengan jadwal yang sudah disepakatai dan ditentukan dari sekolah. Jadwal tersebut tentunya juga disesuaikan per kelas atau per jenjang murid. Siswa yang mengikuti sekolah kelas jauh ini akan datang ke SD.Negeri 5 Songan pada saat kegiatan tertentu yaitu pada saat UTS, UAS, serta kegiatan lainnya yang bersifat penting.   Dengan metode tersebutlah dapat diatasi angka droup out di SD. Negeri 5 Songan yang siswanya kebanyakan berasal dari dusun Serongga.


No comments:

Post a Comment