Masalah putus sekolah
dapat menimbulkan ekses dalam kehidupan masyarakat, karena itu penanganannya
menjadi tugas kita semua. Khususnya melalui strategi dan pemikiran-pemikiran
sosiologi pendidikan, sehingga para putus sekolah tidak mengganggu
kesejahteraan sosial. Sekurang-kurangnya ada tiga langkah yang dapat dilakukan,
yaitu:
a.
Langkah
preventif. Membekali peserta didik dengan keterampilan-keterampilan
praktis dan bermanfaat sejak dini, agar kelak bila diperlukan dapat merespon
tantangan-tantangan hidup dalam masyarakat secara positif, sehingga dapat
mandiri dan tidak menjadi beban masyarakat, atau menjadi parasit dalam
masyarakat. Misalnya keterampilan-keterampilan kerajinan, jasa, perbengkelan,
elektronik, PKK, fotografi, batuk, dll.
b. Langkah
pembinaan. Memberikan pengetahuan-pengetahuan praktis yang mengikuti
perkembangan atau pembauran zaman, melalui bimbingan dan pelatihan-pelatihan
dalam lembaga-lembaga sosial atau pendidikan di luar sekolah seperti LKMD, PKK,
karangtaruna, dll.
c.
Langkah
tindak lanjut. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada mereka untuk
terus melangkah maju melalui penyediaan fasilitas-fasilitas penunjang sesuai
kemampuan masyarakat tanpa mengada-ada, termasuk membina hasrat pribadi untuk
berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat. Misalnya memberikan penghargaan,
bonus, keteladanan, kepahlawanan, dan segianya, sampai berbagai kemudahan untk
melanjutkan studi dengan program Belajar Jarak Jauh (BJJ), seperti universitas
terbuka, sekolah terbuka, dan sebagainya. Juga dapat melalui koperasi dengan
berbagai kredit (KIK, KCK, Kredit Profesi, dll).
Langkah
tintak lanjut inilah yang penulis anggap koheren untuk dipakai sebagai
pertimbangan atau langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi angka droup out
di dusun Serongga, Songan, Bangli.
No comments:
Post a Comment