ANATOMI TONSIL
Tonsilla lingualis, tonsilla palatina, tonsilla
faringeal dan tonsilla tubaria membentuk cincin jaringan limfe pada pintu masuk
saluran nafas dan saluran pencernaan. Cincin ini dikenal dengan nama cincin
Waldeyer. Kumpulan jaringan ini melindungi anak terhadap infeksi melalui udara
dan makanan. Jaringan limfe pada cincin Waldeyer menjadi hipertrofi fisiologis
pada masa kanak-kanak, adenoid pada umur 3 tahun dan tonsil pada usia 5 tahun, dan
kemudian menjadi atrofi pada masa pubertas. Tonsil palatina dan adenoid (tonsil
faringeal) merupakan bagian terpenting dari cincin waldeyer. jaringan limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita
lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa
Rossenmuler, dibawah mukosa dinding faring posterior faring dan dekat orificium
tuba eustachius (tonsil Gerlach's).
Tonsilla palatina adalah dua massa jaringan limfoid
berbentuk ovoid yang terletak pada dinding lateral arofaring dalam fossa
tonsillaris. Tiap tonsilla ditutupi membran mukosa dan permukaan medialnya yang
bebas menonjol kedalam faring. Permukaannya tampak berlubang-lubang kecil yang
beijalan ke dalam "Cryptae Tonsillares" yang beijumlah 6-20 kripta.
Pada bagian atas permukaan medial tonsilla terdapat sebuah celah intratonsil
dalam. Permukaan lateral tonsilla ditutupi selapis jaringan fibrosa yang
disebut Capsula tonsilla palatina, terletak berdekatan dengan tonsilla
lingualis.
Adapun struktur yang terdapat disekitar tonsilla palatina adalah:
1. Anterior: arcus palatoglossus
2. Posterior: arcus palatopharyngeus
3. Superior: palatum mole
4. Inferior: 1/3 posterior lidah
5. Medial: ruang orofaring
6. Lateral: kapsul dipisahkan oleh m. constrictor
pharyngis superior.
A.carotis interna terletak 2,5 cm dibelakang dan
lateral tonsilla
Adenoid atau tonsila faringeal adalah jaringan
limfoepitelial berbentuk triangular yang terletak pada aspek posterior. Adenoid
berbatasan dengan kavum nasi dan sinus paranasal pada bagian anterior, kompleks
tuba eustachius- telinga tengah- kavum mastoid pada bagian lateral. Teibentuk sejak bulan ketiga hingga ketujuh
embriogenesis. Adenoid akan terus bertumbuh hingga usia kurang lebih 6 tahun,
setelah itu akan mengalami regresi. Adenoid telah menjadi tempat kolonisasi
kuman sejak lahir. Ukuran adenoid beragam antara anak yang satu dengan yang
lain. Umumnya ukuran maximum adenoid tercapai pada usia antara 3 7 tahun.
Pembesaran yang teijadi selama usia kanak-kanak muncul sebagai respon multi
antigen seperti. virus, bakteri, alergen, makanan dan iritasi lingkungan.
Fossa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot
orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus, batas lateral atau
dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Pada bagian atas fossa
tonsil terdapat ruangan yang disebut fossa supratonsil. Ruangan ini terjadi
karena tonsil tidak mengisi penuh fossa tonsil. Pada bagian permukaan lateral dari tonsil tertutup
oleh suatu membran jaringan ikat, yang
disebut kapsul. Kapsul tonsil terbentuk dari
fasia faringobasilar yang
kemudian membentuk septa.
Plika anterior dan plika posterior bersatu di atas
pada palatum mole. Ke arah bawah berpisah dan masuk ke jaringan di pangkal
lidah dan dinding lateral faring. Plika triangularis atau plika retrotonsilaris
atau plika transversalis terletak diantara pangkal lidah dengan bagian anterior
kutub bawah tonsil dan merupakan serabut yang berasal dari otot
palatofaringeus. Serabut ini dapat menjadi
penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat. Komplikasi yang
sering teijadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal lidah.
Vaskularisasi tonsil berasal dari cabang-cabang A. karotis eksterna yaitu
A. Maksilaris eksterna (A. fasialis) yang mempunyai cabang yaitu A. tonsilaris dan A.
palatina asenden, A. maksilaris interna dengan cabang A. palatina desenden, serta A. lingualis
dengan cabang A. lingualis dorsal, dan A. faringeal asenden.
Arteri tonsilaris berjalan ke atas pada bagian luar m.
konstriktor superior dan memberikan
cabang untuk tonsil dan palatum mole. Arteri palatina asenden, mengirimkan cabang-cabangnya
melalui m. konstriktor posterior menuju tonsil. Arteri faringeal asenden juga
memberikan cabangnya ke tonsil melalui bagian luar m. konstriktor superior.
Arteri lingualis dorsal naik ke pangkal lidah dan mengirim cabangnya ke tonsil,
plika anterior dan plika posterior. Arteri palatina desenden atau a. palatina
posterior atau "lesser palatine artery" memberi vaskularisasi tonsil
dan palatum mole dari alas dan membentuk anastomosis dengan a. palatina
asenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus
dari faring.
Infeksi dapat menuju ke semua bagian tubuh melalui
peajalanan aliran getah bening. Aliran limfa dari daerah tonsil akan mengalir
ke rangkaian getah bening servikal profunda atau disebut juga deep jugular
node. Aliran getah bening selanjutnya menuju ke kelenjar toraks dan pada
akhirnya ke duktus torasikus.
Innervasi tonsil bagian atas mendapat persarafan dari serabut saraf (V) melalui
ganglion sphenopalatina dan bagian bawah tonsil berasal dari saraf
glossofaiingeus (N. IX).
Lokasi tonsil sangat memungkinkan mendapat paparan
benda asing dan patogen, selanjutnya membawa mentranspor ke sel limfoid.
Aktivitas imunologi terbesar dari tonsil ditemukan pada usia 3 - 1 0 tahun. Pada usia lebih dari 60 tahun
Ig-positif sel B dan sel T berkurang banyak sekali pada semua kompartemen
tonsil. Secara sistematik
proses imunologis di tonsil terbagi menjadi 3 kejadian yaitu respon imun tahap
I, respon imun tahap n, dan migrasi limfosit. Pada respon imun tahap I teijadi ketika
antigen memasuki orofaring mengenai epitel kripte yang merupakan kompartemen tonsil
pertama sebagai barier imunologis. Sel M tidak hanya berperan mentranspor
antigen melalui barier epitel tapi
juga membentuk komparten
mikro intraepitel spesifik
yang membawa bersamaan dalam konsentrasi tinggi material asing, limfosit
dan APC seperti makrofag dan sel dendritik.
Respon imun tonsila palatina tahap kedua terjadi
setelah antigen melalui epitel kripte dan mencapai daerah ekstrafolikular atau
folikel limfoid. Adapun respon imun berikutnya berupa migrasi limfosit.
Peijalanan limfosit dari penelitian didapat bahwa migrasi limfosit berlangsung
terns menerus dari darah ke tonsil melalui HEV( high endothelial venules) dan kembali
ke sirkulasi melalui limfe.
No comments:
Post a Comment