Koreografi Lingkungan
Koreografi Lingkungan merupakan adaptasi dari Teater
Lingkungan temuan Richard Schechner (Yudiaryani, 2002: 320-331) yang memanfaatkan alam lingkungan
sebagai penunjang estetis pertunjukan, ruang eksperimentasinya di ruang
masyarakat. Misalnya eksplorasinya di lingkungan sekolah, lapangan,
taman, pasar, maka
latihan dan pertunjukannya dapat digelar di tempat itu atau di sekitarnya yang tidak
mengganggu aktivitas orang lain.
Sardono W.
Kusumo (2004) dalam tulisannya Hanuman,
Tarzan, Homo Erectus
Menunjukkan keluasan pergaulannya serta interaksinya dengan berbagai pribadi
seniman tradisional dan lingkungan yang diangap sebagai guru dan mempunyai arti
penting dalam proses penemuan jati diri Sardono sebagai koreografer yang
memiliki ketajaman pengamatan yang holistik dan persepsinya yang liar kadang di
luar dugaan, sehingga koreografinya selalu mengungkapkan aspek hubungan antara
kemanusiaan dengan lingkungan secara mendasar dan hakiki. Menumbuhkan kesadaran
bahwa koreografer harus selalu dalam kondisi berproses kreatif pada setiap
langkah kehidupannya, bukan hanya pada saat akan berkarya saja, dengan demikian
semakin terasah tajam pisau analisisnya.
Pencarian gagasan dapat dilakukan dengan terjun langsung ke masyarakat,
karena pengalaman empiris atau yang dialami sendiri merupakan suatu pengalaman
yang berharga bagi perancang. Pencarian tema terjadi di ruang-ruang di
masyarakat yang terbagi atas beberapa kategori, yaitu: ruang publik (pasar,
lapangan, jalan raya, pertokoan, dan seterusnya), ruang komunitas (tempat
pembuatan batik/seni kriya/patung/genteng/batu bata/pasir, pembuangan sampah
dan lain-lain), ruang pribadi (rumah, halaman rumah yang masih ditempati, dan
setrusnya), ruang khusus (sumber air, sungai, telaga, tebing, sawah, dan
lain-lain), ruang arsitektural (candi, bangunan kuna, istana raja, rumah adat,
pura). Gagasan yang ditemukan di lokasi akan unik karena tidak akan ditemukan
lagi di ruang lain, gagasan dapat dipetik dari hal-hal kecil dari kehidupan
masyarakat yang sebelumnya tidak menjadi perhatian.
No comments:
Post a Comment