Tuesday, July 17, 2018

PEMIMPIN DALAM AGAMA HINDU


Sikap seorang pemimpin dalam hal ini dipahami sebagai sifat dan tipe yang harus dimiliki seorang pemimpin seorang pemimpin teramati dari perilaku mereka dan pelaksanaan peran kepemimpinan, namun sifat dan tipe tersebut tadi berakar pada pemahaman ajaran-ajaran Agama.

Agama harus didekati dengan keseluruhan kemandirian secara terintegrasi, sehingga benar-benar dapat mengamalkan ajaran agama yang terkandung di dalamnya seorang pemimpin harus memiiki Jnana mengenai segala aspek hidup kemsayarakata dan kemampuan dalam menerapkan ilmu kepemimpinan. Ia menjalankan karma-karma yaitu harus bekerja secara tekun menyesuaikan perkataan hati dan perbuatan. Jika kita renungkan lebih dalam munculnya pemimpin tidak lepas dari sifat-sifat, tipe-tipe dan penyebab timbulnya pemimpin tersebut.
Dalam Niti Sastra dijelaskan oleh Kartini dalam (Suhardana, 2008: 33) mengatakan bahwa setiap orang adalah hakekatnya adalah seorang pemimpin, ada tiga teori yang menjelaskan munculnya seorang pemimpin berdasarkan teori genetis dimana pemimpin tersebut tidak dibuat, tetapi lahir atau dilahirkan, berkat bakat alami yang luar biasa sejak lahir, teori sosial sebagai lawan dari teori genetis dimana pemimpin itu harus dispkan melalui pendidikan artinya harus dibentuk karena tidak lahir begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan seorang tersebut, teori ekologis atau sintesis yang muncul sebagai reaksi atas kedua teori tersebut seorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya sudah mempunyai bakat kepemimpinan dan bakatnya itu dikembangkan melalui pendidikan dan pengalamannya, juga sesuai dengan tuntunan lingkungannya.
Seseorang dikatankan pemimpin apabila memiliki sifat-siat khusus yaitu sifat mengetahui lingkungan dan keperibadian lingkungan yang akan di pimpinnya selain itu pemimpin juga harus memiliki sifat yang bijaksana, mampu menarik simpati dari bawahannya dan bermoral luhur dalam proses kepemimpinannya hal tersebut tidak bisa dibantah lagi karena pemimpin tersebut haruslah memiliki kelebihan dari masyarakat yang di pimpinnya.
Agama mengajarkan pola kepemimpinan di dalamnya, hal ini tidak dapat dibantah lagi karena Agama Hindu merupakan hukum atau aturan yang membimbing umat manusia dalam usahanya untuk mencapai kesejatrahan lahir dan batin (moksatham dan jagadhita) adapun yang paling terpenting adalah sistem regenerasi, regenerasi merupakan cara pengalihan terpenting dari masa ke masa yang berarti proses peralihan.
Asta Brata sebagai delapan sifat mulia para Dewa dalam pandangan Hindu dianggap sebagai komponen yang memadai untuk memimpin masyarakat kedelapan komponen kepemimpinan menurut Asta Brata sebagaimana dijelaskan dalam Kakawin Ramayana.
 Asta Brata merupakan salah satu konsep kepemimpinan Hindu dalam epos Ramayana, dimana Sang Rama mengajarkan kepada adiknya Bharata tentang syarat-syarat yang harus dipemuhi oleh seorang raja (pemimpin) ketika Bharata ditugaskan menduduki singgasana kerajaan ayodya Pura. Asta Bharata sesungguhnya adalah ajaran kepemimpinan yang bertujuan untuk mengembangkan kepemimpinan yang religius. Delapan sifat Dewa itu menggambarka sifat religius. kata dewa berasal dari bahasa Sansekerta, dari akar kata div yang artinya terang atau bersinar. Sifat yang terang dan bersinar tersebut disebut dewasa. Jadi orang bersifat dewasa adalah orang yang memiliki sifat-sifat kedewaan, yang menjadikan nilai-nilai religius sebagai kekuatan untuk mengembangkan kehidupan di dunia material ini.
Menurut Mahendra dalam (Suhardana, 2008: 54) Asta Brata berasal dari kata “asta” yang berarti delapan dan “Brata” dalam hal ini berarti perilaku utama atau kewajiban. Asta Brata dengan demikian dapat diartikan sebagai delapan perilaku utaman yang harus dimiliki atau dipegang oleh seorang pemimpin, dan sebagai ajaran kepemimpinan yang berlandaskan Agama Hindu.
Berdasarkan teori Hindu kuno yang dijelaskan oleh Sudirga dan Purwadi dalam (Suhardana, 2008: 40) suksesnya pandangan pemimpin menurut Hindu adalah apabila ia memiliki sifat-sifat yang disebut dengan Sad Warnaning Rajaniti ke enam sifat-sifat tersebut yaitu (1) abhicanika artinya simpatik dan mampu menarik perhatian fositif bawahannya serta mengutamakan kepentingan masyarakat dari pada kepentingannnya sendiri, (2) prajna artinya mempunyai sifat bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) utsaha/ usaha artinya berdaya kreatif yang benar dan proaktif serta inofatif, (4) atma sampad artinya bermolar luhur dan objektif  serta mempunyai integrasi yang tinggi, (5) sakya samantra artinya suka mengontrol bawahannya sekaligus memperbaiki hal-hal yang kurang baik dan berani menindak secara adil bagi yang bermasalah, dan (6) aksudra parisakta artinya mampu memimpin rapat dan dapat menarik kesimpulan yang bijaksana sehingga dapat diterima oleh pihak-pihak yang mempunyai yang mempunyai pandangan yang berbeda dan diplomatis.  

No comments:

Post a Comment