Friday, September 14, 2018

Penularan Penyakit Tuberkulosis


Penularan Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Melihat karakternya kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Itulah sebabnya, pada daerah kumuh dan pemukiman lembab selalu dianjurkan untuk membuka jendela agar kamar tidur terkena matahari langsung atau secara rutin misalnya kurun waktu satu minggu satu kali dianjurkan untuk menjemur kasur atau alas tidur. Meskipun cara seperti ini dianggap sederhana, namun mampu menekan pertumbuhan kuman tuberkulosis. Sementara dalam jaringan tubuh kuman ini dapat bersifat dormant atau tertidur lama selama beberapa tahun (Amin, Alsaggaf, Saleh, dan Taib, 2003).

Melihat sifat kuman yang memiliki kebiasaan menyerang paru. Bisa dipastikan sumber penularan dari penderita melalui saluran pernafasan. Sumber penularan adalah penderita tuberkulosis dengan BTA positif, penularan terjadi pada saat terjadi aktivitas batuk dan bersin, ketika penderita sedang menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan/butir air). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Droplet inilah yang nantinya mengincar orang sehat dan terjadinya penularan. Artinya, orang lain dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Perjalanan selanjutnya setelah kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Amin, Alsaggaf, Saleh, dan Taib, 2003).
Melihat rangkaian begitu mudahnya penularan tuberkulosis, terutama pada daerah lembab dan kondisi tubuh dengan status gizi buruk, sebenarnya ada proses yang dilalui sebelum penderita sampai pada kondisi akut. tuberkulosis yang berawal dari infeksi primer saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman tuberkulosis karena droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi sendiri dimulai saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Selanjutnya saluran limfe akan membawa kuman tuberkulosis ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentuk kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Sementara terjadinya infeksi primer bergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respons daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman tuberkulosis. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita tuberkulosis. Meskipun demikian masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, cukup lama diperkirakan sekitar enam bulan. (Amalia Hastayani, 2011)
Selain infeksi primer, proses perkembangan selanjutnya adalah tuberkulosis pascaprimer atau (post primary). Tuberkulosis pascaprimer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pascaprimer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Bila tahap ini dilalui, bisa saja penderita mengalami komplikasi. Komplikasi sering terjadi pada penderita stadium lanjut, seperti hemopteusis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Komplikasi lainnya, kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial, bronkiectasis, dan fibrosis pada paru, pneumotorak spontan di antaranya kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, serta penyebaran infeksi tuberkulosis ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan insufisiensi kardio pulmoner (cardio pulmonary insufficiency).

Risiko yang mungkin terjadi bagi penderita tuberkulosis yang tidak melakukan pengobatan setelah lima tahun menderita penyakit, diprediksikan 50% dari penderita tuberkulosis akan meninggal, sedangkan sekira 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan sebanyak 25% lainnya sebagai "kasus kronik" yang tetap menular (Depkes RI, 2013)

No comments:

Post a Comment