Penularan Penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang
disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai
sifat khusus, yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Melihat karakternya kuman tuberkulosis
cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam di tempat gelap dan lembab. Itulah sebabnya, pada daerah kumuh dan
pemukiman lembab selalu dianjurkan untuk membuka jendela agar kamar tidur
terkena matahari langsung atau secara rutin misalnya kurun waktu satu minggu
satu kali dianjurkan untuk menjemur kasur atau alas tidur. Meskipun cara
seperti ini dianggap sederhana, namun mampu menekan pertumbuhan kuman tuberkulosis. Sementara dalam jaringan
tubuh kuman ini dapat bersifat dormant atau tertidur lama selama
beberapa tahun (Amin, Alsaggaf, Saleh, dan Taib, 2003).
Melihat
sifat kuman yang memiliki kebiasaan menyerang paru. Bisa dipastikan sumber
penularan dari penderita melalui saluran pernafasan. Sumber penularan adalah
penderita tuberkulosis dengan BTA
positif, penularan terjadi pada saat terjadi aktivitas batuk dan bersin, ketika
penderita sedang menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan/butir
air). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Droplet inilah yang nantinya mengincar orang
sehat dan terjadinya penularan. Artinya, orang lain dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Perjalanan
selanjutnya setelah kuman tuberkulosis
masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh
lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas,
atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari
seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman), penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang
terinfeksi tuberkulosis ditentukan
oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut (Amin, Alsaggaf, Saleh, dan Taib, 2003).
Melihat rangkaian
begitu mudahnya penularan tuberkulosis,
terutama pada daerah lembab dan kondisi tubuh dengan status gizi buruk,
sebenarnya ada proses yang dilalui sebelum penderita sampai pada kondisi akut. tuberkulosis yang berawal dari infeksi
primer saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman tuberkulosis karena droplet yang terhirup sangat kecil
ukurannya sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus
dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi
sendiri dimulai saat kuman tuberkulosis
berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Selanjutnya saluran limfe akan membawa
kuman tuberkulosis ke kelenjar limfe
di sekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu
antara terjadinya infeksi sampai pembentuk kompleks primer adalah 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin
dari negatif menjadi positif.
Sementara terjadinya infeksi primer bergantung dari banyaknya kuman yang
masuk dan besarnya respons daya tahan tubuh (imunitas
seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman tuberkulosis.
Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau
dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita tuberkulosis.
Meskipun demikian masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, cukup lama diperkirakan sekitar enam bulan. (Amalia
Hastayani, 2011)
Selain infeksi
primer, proses perkembangan selanjutnya adalah tuberkulosis pascaprimer atau (post primary). Tuberkulosis
pascaprimer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV
atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis
pascaprimer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.
Bila tahap ini
dilalui, bisa saja penderita mengalami komplikasi. Komplikasi sering terjadi
pada penderita stadium lanjut, seperti hemopteusis berat (perdarahan
dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok
hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Komplikasi lainnya, kolaps dari
lobus akibat retraksi bronkial, bronkiectasis, dan fibrosis pada paru,
pneumotorak spontan di antaranya kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru,
serta penyebaran infeksi tuberkulosis
ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan insufisiensi kardio
pulmoner (cardio pulmonary insufficiency).
Risiko yang mungkin
terjadi bagi penderita tuberkulosis
yang tidak melakukan pengobatan setelah lima tahun menderita penyakit, diprediksikan
50% dari penderita tuberkulosis akan
meninggal, sedangkan sekira 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh
tinggi dan sebanyak 25% lainnya sebagai "kasus kronik" yang tetap menular
(Depkes RI, 2013)
No comments:
Post a Comment