KERANGKA BERPIKIR
Kesuksesan dalam pembelajaran di kelas erat kaitannya dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil belajar merupakan tolak ukur dari tingkat kecerdasan siswa. Hasil belajar ini diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar juga merupakan salah satu indikator tercapainya tujuan pembelajaran.
Suatu keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa, sehingga dapat diartikan, apapun bentuk kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, mulai dari merancang pembelajaran, memilih dan menentukan materi ajar, memilih pendekatan, memilih strategi dan metode pembelajaran, memilih dan menentukan teknik evaluasi, semua diarahkan demi tercapainya keberhasilan belajar siswa. Meskipun guru secara bersungguh-sungguh telah berupaya merancang sedemikian rupa dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah belajar tetap saja akan dijumpai oleh seorang guru. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis sehingga guru secara terus-menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa di kelas.
Permasalahan inilah yang terjadi pada pembelajaran TIK di kelas VII.B SMP Negeri 1 Kintamani, kendati guru telah berusaha merancang kegiatan pembelajaran dengan baik, namun hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran TIK kelas VII, di SMP Negeri 1 Kintamani, hasil belajar pada mata pelajaran TIK Semester I tahun Ajaran 2011/2012 di kelas VII.B masih rendah. Pada kelas VII.B jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran TIK berjumlah 24 orang siswa dari total 35 orang siswa pada kelas tersebut, jadi jumlah siswa yang tuntas adalah sebesar 68,57%. Persentase ketuntasan ini masih belum memenuhi ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80%.
Rendahnya hasil belajar bidang studi TIK di kelas tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya sebagai berikut, (1) Pembelajaran biasanya hanya disampaikan secara konvensional dimana guru memegang peranan aktif, sementara siswa cenderung pasif, (2) Rendahnya kemampuan sosial antar siswa, siswa yang cepat menguasai materi pelajaran kurang bisa berbagi dengan temannnya yang sulit menerima pelajaran sehingga sulit terjadi kerjasama dalam hal berbagi ilmu pengetahuan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas, dan upaya peningkatan hasil belajar siswa adalah dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang setiap anggota kelompoknya memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan suatu tugas, maka masing-masing anaggota kelompok akan berkerja sama dan membantu anggotanya untuk memahami suatu materi ajar.
Model pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition). Dalam pembelajaran model CIRC siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, di dalam masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ini bertujuan untuk memeratakan kemampuan siswa di tiap kelompok sehingga mempermudah siswa yang pintar untuk berbagi pengetahuan.
Salah satu ciri pembelajaran kooperatif adalah kemampuan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Dengan menerapkan pengajaran yang menggunakan metode seperti di atas telah diciptakan suatu kegiatan atau suasana yang kooperatif dan komunikatif, dimana dalam proses pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya. Artinya siswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar, menyalurkan dalam membangun pengetahuan, serta bertanggung jawab terhadap apa yang ia kerjakan. Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dengan menyajikan pengetahuan dalam bentuk yang siap kepada siswa yang akan menerimanya secara pasif.
Dengan diterapkannya model CIRC dalam penelitian tindakan kelas ini diharapakan dapat meningkatkan hasil belajar TIK di Kelas VII.B SMP Negeri 1 Kintamani. Sehingga dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan rendahnya hasil belajar siswa yang terjadi di SMP Negeri 1 Kintamani.
2.6 HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan landasan teori dan tujuan yang telah di paparkan di atas, maka dapat diarik suatu hipotesis sebagai berikut :
⦁ Hasil belajar pada siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Kintamani dalam mata pelajaran TIK dapat meningkat melalui penerapan model CIRC
⦁ Respon siswa kelas VII.B SMP Negeri 1 Kintamani dalam pembelajran TIK melalui penerapan model CIRC tergolong positif.
No comments:
Post a Comment