Friday, November 9, 2018

contoh latar belakang ptk agama hindu

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berproses pada kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi mereka dan masyaarakat luas. Agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika terjadi hal-hal yang berada di luar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya yang supra-natural sehingga dapat diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang non-empiris. Agama diyakini oleh para pengikutnya sebagai pedoman hidup sebab didalam agama itu sendiri terkandung ajaran - ajaran untuk manusia agar senantiasa berbuat baik.

 Agama pada umumnya memiliki peran amat penting bagi kehidupan umat manusia karena itu, dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keharusan untuk memilih jalan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Peran penting agama dalam kehidupan umat manusia adalah menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, baik secara jasmani maupun rohani. 
Sebagai wujud tanggung jawab pemerintah dalam hal itu, dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 16 Tahun 2010 menyangkut Standar Isi Pendidikan Agama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) bertujuan untuk (a) memperdalam dan memperluas pengetahuan dan wawasan keberagamaan peserta didik; (b) mendorong peserta didik agar taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari; (c) menjadikan agama sebagai landasan akhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (d) membangun sikap mental peserta didik untuk bersikap dan berprilaku jujur, amanah, disiplin, bekerja keras, mandiri, percaya diri, kompetitif, kooperatif, ikhlas, dan bertanggung jawab; serta (e) mewujudkan kerukunan antar umat beragama. 
Untuk menjabarkan apa yang tercantum dalam Permen tersebut, selanjutnya dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran Agama Hindu dijelaskan tentang ruang lingkup Pendidikan Agama Hindu meliputi aspek-aspek sebagai berikut, Sradha, Susila, Yadnya, Kitab Suci, Orang Suci, Hari-hari suci, Kepemimpinan, Alam Semesta, Budaya dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu. (Depdiknas: 2006).
Namun dalam realitasnya dewasa ini, terdapat sesuatu yang memprihatinkan dalam aktualisasi Pendidikan Agama Hindu di sekolah karena belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kenyataan yang ada di lapangan masih banyak anak didik yang belum mencerminkan kepribadian yang sesuai tuntunan agama, seperti sering terjadi perkelahian antar pelajar, penyalagunaan obat-obat terlarang, pelecehan seksual, pergaulan bebas, dan lain sebagainya.  Jika ditelusuri lebih jauh, sebenarnya keadaan yang demikian itu tidak lepas dari dasar pendidikan yang diterima peserta didik dalam lingkungan keluarga, yang boleh jadi pengokohan mental-spritualnya masih belum tersentuh secara maksimal, selain disebabkan faktor lingkungan yang sangat besar mempengaruhinya. 
Mengkaji semua permasalahan yang ada, sebagai refleksi diri dari kesadaran akan tugas dan tanggung jawab moral yang diemban, guru sebagai peneliti mencoba melakukan analisis untuk mencari gambaran sesungguhnya dari permasalahan yang ada dan akhirnya ditemukan beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab permasalahan tersebut, antara lain: Pertama, pendekatan yang dilakukan guru lebih berorientasi pada kemampuan kognitif, mengabaikan aspek afektif dan psikomotornya, kalaupun disinggung sangat kecil intensitasnya. Kedua, problema yang bersumber dari anak didik sendiri, yang berdatangan dari latar belakang keluarga yang beraneka ragam yang sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik dalam lingkungan keluarga dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab Pendidikan Agama dan moral berada di pundak Guru Agama saja.
Keberhasilan proses pembelajaran lebih banyak ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran tersebut. Kadang ada guru yang disebut pintar tetapi lemah dalam menyampaikan pengetahuan dan pemahaman yang ada dalam dirinya maka tentu proses pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik. Kadang ada guru yang disebut tidak terlalu pintar tetapi dalam menyampaikan dan mengelola pembelajaran lebih kreatif dan memahami cara penyampaiannya bisa jadi menyebabkan proses pembelajaran akan berhasil dengan baik. Di antara keduanya tentu yang paling sesuai adalah memiliki kemampuan profesionalisme keguruan dan mampu menyampaikan dengan baik demi terciptanya proses dan tujuan pembelajaran yang diharapkan untuk mampu meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sehubungan dengan proses pembelajaran yang berlangsung di SD Negeri 2 Abang Batudinding, dari hasil pengumpulan data awal didapat nilai rata-rata siswa kelas III pada mata pelajaran Agama Hindu baru mencapai 72,45. Hasil tersebut tentu tidak sesuai dengan harapan keberhasilan pendidikan yang ditetapkan. Tentang pelajaran yang disampaikan, jika pelajaran sempat diterima anak dan belum berhasil, boleh jadi penyebabnya dikarenakan keterbatasan kemauan guru dalam menerapkan semua keilmuan  yang dikuasai demi pencapaian hasil maksimal dalam pembelajaran. Sedangkan dari pihak siswa banyak dipengaruhi oleh kebiasaan belajar mereka yang rendah akibat pengaruh luar, kemampuan ekonomi orang tua dan kebiasaan belajar yang belum banyak dipupuk. Namun apapun yang menjadi latar belakang permasalahan, apabila hal ini dibiarkan berlarut tentu berakibat tidak baik bagi kelangsungan pendidikan peserta didik dan bagi perkembangan mutu pendidikan bangsa Indonesia. Karena hal tersebut di atas merupakan sesuatu yang mendesak untuk dipecahkan menuntut guru lebih kreatif dan inovatif menacari jalan keluar dengan melakukan penelitian yang berguna demi meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. 
Mengatasi hal tersebut, peneliti mencoba merubah strategi dengan memanfaatkan biografi tokoh-tokoh agama yang memiliki budi pekerti dan akhlak yang mulia untuk diperankan siswa dalam bermain peran di kelas. Menurut Shaftel (1967) dalam artikel Endang Komara (2009) mengemukakan sembilan tahap bermain peran yang dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran agar lebih bermakna bagi siswa: (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2) memilih partisipan/peran, (3) menyusun tahap-tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) pemeranan, (6) diskusi dan evaluasi, (7) pemeranan ulang, (8) diskusi dan evaluasi tahap dua, (9) membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan. 
oleh karena itu, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Agama Hindu Dalam Menanamkan Nilai Keimanan Dengan Metode Bermain Peran Tokoh Agama Pada Siswa Kelas III Semester I SD Negeri 2 Abang Batudinding Tahun Pelajaran 2012/2013”.

No comments:

Post a Comment