Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin, 1995 (Isjoni, 2007) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya dalam satu kelompok atau satu tim. Model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok.
Menurut Johnson, 1994 (Etin dan Raharjo, 2008) Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan untuk seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Menurut Slavin, 1983 (Isjoni, 2007) Cooperative learning lebih dari sekedar belejar kelompok atau kelompok kerja, karena belajar dalam model cooperatiove learning harus ada “struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interpendensi yang efektif di antara anggota kelompok.
2.2.2 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Stahl (Etin dan Raharjo, 2008) prinsip-prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah:
⦁ Perumusan Tujuan Pembelajaran
Sebelum menggunakan strategi pembelajaran, guru hendaknya memulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas dan spesifik. Tujuan tersebut menyangkut apa yang diinginkan oleh guru untuk dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajarnya. Perumusan tujuan harus disesuaikan dengan tujuan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Apakah kegiatan belajar siswa ditekankan pada pemahaman materi pelajaran, sikap, dan proses dalam bekerja sama, ataukah keterampilan tertentu. Tujuan harus dirumuskan dalam konteks kalimat yang mudah dimengerti oleh siswa secara keseluruhan. Hal ini hendaknya dilakukan oleh guru sebelum kelompok belajar terbentuk.
⦁ Penerimaan yang Menyeluruh oleh Siswa tentang Tujuan Belajar
Guru hendaknya mampu mengkondisikan kelas agar siswa menerima tujuan pembelajaran dari sudut kepentingan diri dan sudut kepentingan kelas. Oleh karena itu, siswa dikondisikan untuk mengetahui dan menerima kenyataan bahwa setiap orang dalam kelompoknya menerima dirinya untuk bekerja sama dalam mempelajari seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan untuk dipelajari.
⦁ Ketergantungan yang Bersifat Positif
Untuk mengkondisikan terjadinya interdependensi di antara siswa dalam kelompok belajar, maka guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas pelajaran. Dengan demikian memungkinkan siswa melakukan hal itu dalam kelompoknya.
⦁ Interaksi yang Bersifat Terbuka
Dalam kelompok belajar, interaksi yang terjadi bersifat langsung dan terbuka dalam mendiskusikan materi dan tugas-tugas yang diberikan oleh pengajar. Suasana belajar seperti itu akan membantu menumbuhkan sikap ketergantungan yang positif dan keterbukaan dalam kalangan siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Mereka akan saling memberi dan menerima masukan, ide, saran, dan kritik dari temannya secara terbuka.
⦁ Tanggung Jawab Individu
Dasar penggunaan cooperative leraning dalam pembelajaran adalah keberhasilan belajar akan lebih mungkin dicapai secara lebih baik, apabila dilakukan secara bersama-sama. Oleh karena itu, keberhasilan individu siswa dalam menerima dan memberi apa yang telah dipelajarinya diantara siswa lainnya sangat penting. Sehingga secara individual siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mengerjakan dan memahami materi atau tugas bagi keberhasilan dirinya dan juga keberhasilan anggota kelompoknya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
⦁ Kelompok Bersifat Heterogen
Dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotaan kelompok harus bersifat heterogen, sehingga interaksi kerjasama yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagi karakteristik siswa yang berbeda. Dalam suasana belajar itu akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral dan prilaku manusia. Kondisi ini merupakan media yang sangat baik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan dan melatih keterampilan dirinya dalam suasana belajar terbuka dan demokratis.
⦁ Interaksi Sikap dan Prilaku Sosial yang Positif
Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa bekerja dalam kelompok sebagai suatu kelompok kerjasama. Dalam interaksi dengan siswa lainnya siswa tidak begitu saja menerapkan dan memaksakan sikap, dan pendiriannya pada anggota kelompok lainnya. Pada kegiatan bekerja dalam kelompok, siswa harus belajar bagaimana meningkatkan kemampuan interaksinya dalam memimpin, berdiskusi, bernegosiasi dan mengklarifikasi berbagai masalah dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Dalam hal ini guru harus membantu siswa menjelaskan bagaimana sikap dan prilaku yang baik dalam bekerjasama yang bisa digunakan oleh siswa dalam kelompok belajarnya. Prilaku-prilaku tersebut termasuk ke dalam kepemimpinan, pengembangan kepercayaan, berkomunikasi, menyelesaikan masalah, menyampaikan kritik, dan perasaan-perasaan sosial. Dengan sendirinya siswa dapat mempelajari dan mempraktikkan berbagai sikap dan prilaku dalam suasana kelompok belajarnya.
⦁ Tindak Lanjut (Follow Up)
Setelah masing-masing kelompok belajar menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, selanjutnya perlu dianalisis bagaimana penampilan dan hasil kerja siswa dalam kelompok belajarnya termasuk juga: a) bagaimana hasil kerja yang dihasilkan, b) bagaimana mereka membantu anggota kelompoknya dalam mengerti dan memahami materi atau masalah yang dibahas, c) bagaimana sikap dan prilaku mereka dalam interaksi kelompok belajar bagi keberhasilan kelompok belajarnya dikemudian hari. Oleh karena itu guru harus mengevaluasi dan memberikan berbagai masukan terhadap hasil pekerjaan siswa dan aktivitas mereka dalam kelompok belajar dimana siswa itu bekerja. Dalam hal ini guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukaan ide dan saran, baik kepada siswa lain ataupun kepada guru dalam rangka perbaikan belajar dan hasilnya dikemudian hari.
⦁ Kepuasan dalam Belajar
Setiap siswa dan kelompok harus memperoleh waktu yang cukup untuk belajar dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya. Apabila siswa tidak memperoleh waktu yang cukup dalam belajar, maka keuntungan akademis dari penggunaan cooperative leraning akan sangat terbatas. Perolehan belajar siswapun sangat terbatas sehingga guru hendaknya merancang dan mengalokasikan waktu yang memadai ketika menggunakan model ini dalam pembelajarn.
No comments:
Post a Comment