Sunday, November 4, 2018

Perpustakaan Sebagai Pusat Layanan Pembaca

Perpustakaan Sebagai Pusat Layanan Pembaca
William S. Dix , pustakawan pada perpustakaan Princeton University di Amerika Serikat (dalam Soeatminah, 1992) mengatakan bahwa “mutu suatu perpustakaan diukur dari kemampuannya memberikan buku yang tepat kepada peminat pada saat buku tersebut dikehendaki”. Hal ini dapat dikatakan bahwa sebuah perpustakaan dapat dikatakan memiliki mutu jika mampu memberikan layanan yang cepat, tepat dan benar kepada pemakainya/pengunjung perpustakaan.


Pelayanan pembaca merupakan kegiatan memberikan pelayanan kepada pengunjung perpustakaan dalam menggunakan buku-buku dan bahan pustaka lainnya (Ibrahim Bafadal, 2005). Pelayanan yang optimal dapat dilakukan apabila pelayanan teknisnya dikerjakan dengan seksama dan sebaik-baiknya. Misalnya pembutan katalog yang baik, sehingga ketika seseorang yang memerlukan sebuah buku, akan cepat memberikan informasi terutama mengenai letak buku tersebut. Seiring perkembangan jaman, ada perpustakaan yang memanfaatkan komputer dalam menunjang layanan yang diberikan perpustakaan. William A. Katz (dalam Ibrahim Bafadal, 2005) menyebutkan ada dua jenis pelayanan pembaca, yakni pelayanan sirkulasi dan pelayanan referensi. Pelayanan sirkulasi adalah kegiatan melayani peminjaman dan pengembalian buku-buku perpustakaan. Tugas utama bagian sirkulasi antara lain melayani pembaca yang akan meminjam buku-buku  perpustakaan serta melayani pembaca yang ingin mengembalikan buku-buku yang telah dipinjam sebelumnya, dan juga membuat statistik pengunjung. Sedangkan pelayanan referensi berhubungan dengan pelayanan pemberian informasi dan pemberian bimbingan belajar.

Sistem pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan bermacam-macam, tergantung dari kesepakatan pengelola perpustakaan tersebut. Secara umum, sistem layanan terdapat dua jenis yakni sistem layanan terbuka (open access) dan sistem layanan tertutup (close access). Sistem layanan terbuka adalah suatu sistem layanan yang memperbolehkan pengunjung perpustakaan masuk ke ruang koleksi untuk melihat-lihat, membuka-buka pustaka, dan mengambilnya untuk dibaca ditempat atau membawanya pulang. Soeatminah (1992) menyebutkan pedoman untuk mengatur sistem terbuka, antara lain penataan koleksi (koleksi pustaka hendaknya disusun sedemikian rupa dan sistematis atau menurut urutan klasifikasi, sehingga pengunjung mudah mencari dan menemukan pustaka yang diperlukan), rambu-rambu (rambu petunjuk arah pencarian sangat diperlukan, maka dari itu hendaknya dibuat dengan jelas, singkat, dan diletakkan dalam tempat yang tepat. Rambu-rambu tersebut dapat berupa panah maupun tulisan), tata ruang (sistem terbuka memerlukan penjagaan yang ketat agar kehilangan pustaka dapa ditekan. Tata ruang hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengawasan yang ketat terhadap setiap pengunjung), dan katalog perpustakaan (karena sistem layanan terbuka memungkinkan pengunjung memilih pustaka secara langsung, maka katalog ini tidak berperan terlalu penting).

Sistem layanan tertutup adalah suatu sistem yang tidak memperbolehkan pengunjung perpustakaan masuk ke ruang koleksi.jika pengunjung ingin meminjam sebuah pustaka, maka ia harus memilih melalui katalog perpustakaan tersebut. Setelah menemukan sandinya, ia dapat meminta petugas perpustakaan untuk mengambilkannya. Dalam sistem ini juga ada pedoman yang mengaturnya. Pembagiannyapun sama dengan pedoman sistem layanan terbuka yakni meliputi penataan koleksi, rambu-rambu, tata ruang, dan katalog perpustakaan. Meskipun memiliki pedoman yang sama, namun ada perbedaan mendasar di antara kedua jenis layanan tersebut. Penataan koleksi pada open access harus sistematis menurut urutan klasifikasi, sedangkan pada close access tidak harus ditata secara sistematis menurut urutan klasifikasi. Rambu-ambu pada open access sangat diperlukan tetapi pada close access kurang diperlukan, ini karena yang boleh masuk ke ruang koleksi hanya petugas perpustakaan yang sudah hafal dengan letaknya. Berhubung pengunjung tidak boleh masuk, ruang koleksi betul-betul dipisahkan dari ruang pengunjung, sehingga keamanan koleksi lebih terjamin. Katalog perpustakaan sangat vital karena merupakan satu-satunya alat untuk mencari dan menemukan pustaka yang ingin dibaca atau dipinjam. Perpustakaan dengan sistem tertutup/close access tidak mungkin tanpa katalog.

No comments:

Post a Comment