Saturday, February 2, 2019

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNA RUNGU


 ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNA RUNGU
Anak tuna rungu merupakan anak yang mempunyai ngangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada satupun manusia bisa mendengar sama sekali.


Coonductive loos yaitu ketunarunguan yang terjadi bila terdapat gangguan luar atau tengah telinga yang menghambat diantarkannya gelombang bunyi ke bagian dalam telinga.
Sensorineural loos yaitu, ketuna runguan yang terjadi bila terdapat kerusakan  pada  bagian dalam telinga atau syarf auditer yang mengakibatkan terhambatnya pengiriman pesan bunyi ke otak.
(ketunarunguan Andi tampaknya kedalam katagori ini)
Central auditory prosesing disorder yaitu, gangguan pada system syaraf auditer yang  mengakibatkan individu mengalami kesulitan memahami apa yang di dengarnya meskipun tidak ada gangguan yang spesifik pada telinganya itu sendiri. Anak yang mengalami gangguan pusat pemerosesan auditer ini mungkin memiliki pendengaran yang normal bila diukur dengan audiometer, tetapi sering mengalami kesulitan memahami apa yang didengarnya.
Secara umum karakteristik anak tuna rungu di bagi menjadi 4 yaitu :
1.      Karakteristik berdasarkan bicara dan bahasa
Anak tuna rungu adalah seseorang yang mengalami hambatan bicara sehingga membutuhkan latihan atau pembelajaran secara khusus. Bagi orang awam bicara dengan anak tuna rungu seringkali merupakan hal yang sulit. Semakin lama berinteraksi dengan anak tuna rungu maka kita akan terbiasa dan semakin mudah untuk memahami bahasa mereka.
2.      Karakteristik berdasar kondisi fisik dan / kesehatan
Karakteristik yang menonjol dari aspek fisik pada anak tuna rungu adalah gerakan tangannya yang cepat. Hal ini disebabkan karena tangan digunakan sebagai alat bantu komunikasi. Ciri yang kedua adalah pada bentuk badannya yang membungkuk. Anak tuna rungu sering kali juga mengalami gangguan pada keseimbangan tubuhnya. Membungkuk adalah salah satu yang digunakan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya.
3.      Karakteristik berdasarkan akademik
Secara umum karakteristik anak tuna rungu berdasarkan akademik sama dengan anak lain pada umumnya. Intelegensi anak tuna rungu juga terbagi menjadi 3 bagian tinggi, sedang dan rendah. Anak tuna rungu sering mengalami hambatan pada mata pelajaran verbal karena keterbatasan dalam berbahasa. Namun demikian untuk mata pelajaran Non Verbal pada umumnya mereka lebuh mampu untuk mengatasi permasalahan akademik.







4. Karakteristik dalam aspek social dan emosinya
Anak tuna rungu dalam banyak hal juga sering dijauhi oleh teman-temannya bahkan juga oleh sesame penyandang disabilitas yang lain yang non rungu wicara. Hal ini disebabkan oleh sulitnya komunikasi dengan mereka. Hal ini mengakibatkan besarnya ketergantungan pada orang lain dan adanya ketakutan untuk memasuki lingkungan yang lebih luas. Perhatikan anak tuna rungu lebih sulit untuk dialihkan namun hal ini bahkan membawa pengaruh positif terutama memasuki lingkungan kerja karena tingginya kemampuan mereka untuk focus dalam p[ekerjaan. Karena keterbatasannya dalam komunikasi, anak  tuna runga juga mempunyai lingkungan pergaulan yang terbatas. Hal ini menyebabkan tingginya sifat egosentris mereka dan mempunyai kepribadian yang polos dan tidak banyak nuansa pada kondisi perasaan yang ekstrim.

IV. PENANGAN ANAK TUNA RUNGU
Penanganan dalam anak berkebutuhan khusus:
1.      Melakukan komunikasi dengan mimic wajah, pendidik menggunakan Bahasa isyarat dalam berkomunikasi dengan mereka, anak memperhatikan mimic wajah untuk memahami apa yang dimaksud
2.      Selalu memberikan anak perhatian, bimbingan, dan juga motivasi
Anak yang mempunyai kebutuhan khusus tuna rungu, tentunya sangat membutuhkan perhatian khusus, bimbingan yang lebih dan juga motivasi kuat dari orang tuanya. Jika hal tersebut dilakukan secara intens, tentunya akan membuat anak terus berkembang dengan baik. Dibutuhkan kesabaran yang cukup tinggi untuk orang tua dalam menangani anak-anaknya. Namun untuk perkembangan anak-anaknya orang tua harus senantiasa mendampinginya.
3.      Beradaptasi dengan anak
Penangann anak tuna rungu selanjutnya adalah sangat dibutuhkan adaptasi antara anak tuna rungu dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Apabila adptasi ini tidak berjalan dengan baik maka cara apapun yang dilakukan tidak akan membantu perkembangan anak tersebut. Saat melakukan proses adaptasi dan berjalan dnegan baik. Tentunya akan membuat kedepannya menjadi lebih mudah. Adaptasi ini juga akan membuat anak merasa dipahami dnegan baik.





4.      Tingkatkanlah kedekatan anda dengan anak penderita tuna rungu
Kedekatan secara emosional merupakan bagian yang sangat penting yamng harus anda Lakukan saat akan menangani anak-anak tuna rungu. Kedekatan secara emosional tentunya sangat dibutuhkan agar anak-anak dapat mempercayai apa yang akan disampaikan. Dengan cara ini juga anda bisa semakin dekat dengan anak yang menderita tuna rungu. Sehingga saat kedekatan emosional ini terus berlangsung maka mereka akan terus merasa aman dan nyaman dengan anda.
5.      Mengajari anak untuk terus mengeksplor keterampilannya
Di sekolah ini anak tuna rungu diberikan kesempatan untuk berkreatifitas dengan didampingi oleh pendidik. Mereka membuat keterampilan seperti melukis, membuat kerajinan tangan dan lain-lain. Walaupun anak mempunyai kebutuhan khusus namun tetap saja mendampingi anak mengajaknya melakukan keterampilan yang dapat membuatnya lebih fokus dan berkonsentrasi. Sehingga lambat laun anak akan dapat memperlihatkan apa potensi yang dimilikinya.

V. SARANA DAN PRASARANA
1.      Ruang belajar
2.      Ruang kepala sekolah
3.      Aula
4.      Ruang kreatifitas anak
5.      Ruang computer
6.      Ruang perpustakaan
7.      Ruang guru
8.      Meja dan kursi peserta didik
9.      Meja dan kursi guru
10.  Buku-buku pelajaran untuk mendukung proses pembelajaran
11.  papan tulis


12.  Alat pendengar yang dipasang ditelinga yang erfungsi untuk membantu anak dalam mendengar dan berkomunikasi dengan temannya.
13.  Cermin sebagai sarana pembelajaran di kelas dengan adanya cermin anak melatih Mimiknya dan pendidik sehingga anak akan lebih tahu dan mengerti ketika mereka Berkomunikasi.
14.  Menggunakan symbol-simbol yang diletakkan didinding kelas seperti symbol anak perempuan dan laki-lakiyang di beri nama anak didik sehingga anak mudah mengenal Huruf.

VI. PENATAAN (SETTING) RUANGAN
Penataan ruangan kelas dalam melakukan pembelajaran ini seperti terlihat pada gambar dimana meja ditata dengan rapid an terbagi menjadi dua jalur dan ditengah sebagai arus lalulintas  guru dan anak, karena keterbatasan ruangan jadi ruangan menjadi satu ruangan antara kelas 1 dan kelas 6n didepan terdapat meja dan kursi guruyang berdekatan dengan papan tulis yang memudahkan guru dalam melakukan pembelajaran, dibagian belakang terdapat cermin yang menghadap kedepan dan kursi tempat pendidik melakukan pembelajaran seperti berbicara dengan anak dengan cara melihat mimic wajah.

No comments:

Post a Comment